INDAHNYA
KEBERSAMAAN DAN SEMANGAT BERBAGI
Saat tiba musim Ramadhan maka, salah
satu fenomenanya adalah semaraknya semangat kebersamaan dan berbagi.
Masing-masing individu dan kelompok berlomba-lomba untuk menjalin solidaritas
kebersamaan dan berbagi kebahagiaan antar sesama. Ini bukan hanya di Indonesia,
melainkan di Mancanegara juga. Di negeri Paman Sam setiap kali Ramadhan tiba,
ada acara Ifthar yang dadakan oleh pemerintah AS di Gedung Putih. Memang kaum
muslimin sangat nampak ketika melakukan “iftar” atau buka bersama. Banyak
Negara-negara islam di kawasan Arab terutama di negeri sping, Mesir, buka puasa
bersama atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Maidaturrahman”, setiap
tahunnya. Acara ini bahkan tidak berpengaruh oleh adanya krisis ekonomi global.
Acara maidaturrahman tersebut dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang
berada alias mampu.
Dan yang lebih unik lagi, terkadang
acara itu tidak diketahui siapa yang menyelenggarakannya, tidak diketahui siapa
yang bersedia menjamu ratusan, bahkan ribuan orang untuk berbuka. Mungkin untuk
menyembunyikan amalnya dihadapan orang-orang. Karna diajarkan dalam agama bahwa
dalam beramal atau bersedekah hendaknya dirahasiakan sehingga tidak diketahui
orang lain. Adab bersedekah adalah ketika tangan kanan memberi, maka tangan
kiri tidak mengetahui. Fenomena maidaturrahman di Mesir ternyata telah menyebar
ke berbagai pelosok negeri. Bahkan uniknya lagi, kegiatan itu dilakukan oleh
para dermawan yang berbeda agama. Bagi mereka, menyediakan hidangan berbuka puasa
merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Mereka yakin bahwa Tuhan
telah menjanjikan balasan berlipat-lipat besok di hari kemudian.
Karena itu sungguh unik memang,
sebab terkadang pihak gereja di Mesir, juga ikut berpartisipasi dalam menyediakan
hidangan maidaturahman untuk umat islam yan sedang berpuasa. Dengan bertujuan
untuk membantu sesama umat manusia serta mencari keridhaan Tuhan, pihaknya
melakukan itu tanpa ada paksaan apapun. Golongan orang berada/mampu lebih
banyak jika dibandingkan dengan Negara Mesir. Mereka sama sekali tidak merasa
imannya berkurang saat memberi hidangan puasa kepada umat Islam. Mereka sama
sekali tidak khawatir menjadi murtad dari agamanya hanya memberi hidangan puasa
terhadap umat Islam.
Itulah sekilas tentang potret
indahnya kebersamaan dan berbagi. Betapa indahnya kalau semua agama berada
dalam budaya saling berbagi dan bersama, namun tetap berada dalam keunikan dan
orisinalitas agamanya sendiri-sendiri. Perbedaan agama tidak dijadikan untuk
saling mengkotak-kotakan dan mengisolasikan diri, tetapi sebaliknya justru
untuk memperluas dan mempererat tali persaudaraan antar umat manusia. Perbedaan
agama bukan untuk saling mencurigai dan mengekslusifkan diri, melainkan justru
untuk menumbuhkan budaya saling mengenal dan menciptakan persaudaraan antar
sesame hamba Allah. Karena Tuhan sengaja menciptakan hamba-hambanya dalam
perbedaan. Allah sudah bilang bahwa Dia bisa membuat seluruh umat manusia di
muka bumi ini sama dan satu warna. Tatapi Allah tidak mau. Allah lebih suka
membuat hamba-hambanya itu dalam beragam warna
Dari pemahaman itulah kita tahu
bahwa pluralitas adalah sunnatullah, kehendak Allah yang tidak bisa disangkal
oleh siapapun. Karena itu perbedaan apapun, termasuk perbedaan agama, tidak
bisa digunakan sebagai alasan untuk tidak menjalin kebersamaan. Bahkan
perbedaan itu harus dijadikan sebagai semangat untuk manjalin persaudaraan.
Sebab, kita memamng diatukan oleh Allah dalam perbedaan, kita diikat oleh Allah
dalam keberagamaan.
Cobalah, kalau umat islam itu memang
yakni bahwa Allah adalah Tuhannya, hendaknya menghayati kasih sayang Tuhan atas
setiap makhluk-Nya. Allah melindungi dan menyayangi setiap mahluk-Nya di muka
bumi. Allah tidak pernah membeda-bedakan makhluk-Nya, semuanya Dia kasihi, semuanya
Dia lindungi. Kekuasaan Tuhan membentang luas antara langit dan bumi. Ini
artinya siapapun yang namanya makhluk Allah tercakup dalam wilayah kekuasaan
Tuhan. Buakn hanya umat Islam, melainkan seluruh makhluk. Karena itulah, Allah
dan Islam itu Rahmatallil’aalamiin. Kalau hanya dibatasi untuk umat Islam saja,
Maka Allah tidak Rahmatallil’aalamiin Karen arahmat dan kasih sayang Allah
memang untuk semesta alam, bukan untuk suku atau kelompok agama tertentu. Atas
dasar inilah kita perlu mempererat kebersamaan dan saling berbagi antar sesama
hamba Allah.
Sumber
:
Muhibbuddin,
Muhammad. Terapi Hati, Yogyakarta: Buku
Pintar, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar